Contoh Soal dan Jawaban Korelasi Sederhana

Pengantar

Halo semua! Apa kabar? Perkenalkan, nama saya Tasya. Saya suka belajar statistik karena saya merasa bahwa statistik adalah ilmu yang sangat menarik dan bermanfaat. Salah satu topik statistik yang sering dibahas adalah korelasi sederhana. Korelasi sederhana mengukur seberapa kuat hubungan antara dua variabel. Dalam artikel ini, kami akan memberikan contoh soal dan jawaban korelasi sederhana untuk membantu Anda memahami konsep ini dengan lebih baik.

Korelasi Sederhana

Sebelum kita membahas contoh soal dan jawaban korelasi sederhana, mari kita bahas terlebih dahulu apa itu korelasi sederhana. Korelasi sederhana adalah teknik statistik yang digunakan untuk mengukur seberapa kuat hubungan antara dua variabel. Hubungan ini dapat berupa hubungan positif, negatif, atau tidak ada hubungan sama sekali.Dalam korelasi sederhana, kita menggunakan koefisien korelasi Pearson (r) untuk mengukur seberapa kuat hubungan antara dua variabel. Nilai r dapat berkisar dari -1 hingga 1. Jika nilai r adalah 1, maka itu menunjukkan hubungan positif yang sempurna antara dua variabel. Jika nilai r adalah -1, maka itu menunjukkan hubungan negatif yang sempurna antara dua variabel. Jika nilai r adalah 0, maka itu menunjukkan tidak ada hubungan antara dua variabel.

Contoh Soal dan Jawaban Korelasi Sederhana

Sekarang, mari kita lihat beberapa contoh soal dan jawaban korelasi sederhana.Contoh Soal 1: Seorang peneliti ingin mengetahui apakah ada hubungan antara tinggi badan dan berat badan. Dia mengukur tinggi badan dan berat badan 20 orang dan mendapatkan data sebagai berikut:Tinggi Badan (cm): 167, 170, 175, 163, 168, 171, 162, 174, 169, 172, 165, 166, 170, 171, 172, 164, 166, 168, 169, 173Berat Badan (kg): 60, 64, 68, 58, 62, 65, 57, 67, 63, 66, 59, 58, 64, 65, 66, 58, 60, 62, 62, 67Hitunglah koefisien korelasi Pearson (r) untuk data di atas.Jawaban: Pertama-tama, kita harus menghitung rata-rata untuk kedua variabel. Rata-rata tinggi badan adalah 168, dan rata-rata berat badan adalah 62.3. Selanjutnya, kita harus menghitung selisih antara setiap nilai dan rata-rata untuk kedua variabel. Misalnya untuk tinggi badan, selisih antara 167 dan 168 adalah -1, selisih antara 170 dan 168 adalah 2, dan seterusnya.Kemudian, kita harus mengalikan selisih antara setiap nilai dan rata-rata untuk kedua variabel. Misalnya, untuk pasangan pertama (tinggi badan 167 dan berat badan 60), selisih antara tinggi badan dan rata-rata tinggi badan adalah -1, dan selisih antara berat badan dan rata-rata berat badan adalah -2. Jadi, hasil perkalian antara selisih kedua nilai tersebut adalah 2.Setelah itu, kita harus menjumlahkan semua hasil perkalian yang kita dapatkan. Dalam contoh ini, jumlahnya adalah 220. Selanjutnya, kita harus menghitung standar deviasi untuk kedua variabel. Standar deviasi untuk tinggi badan adalah 4.47, dan standar deviasi untuk berat badan adalah 2.96.Akhirnya, kita dapat menghitung koefisien korelasi Pearson dengan menggunakan rumus:r = (Σxy) / (n-1)σxσyDi mana Σxy adalah jumlah hasil perkalian selisih antara setiap nilai dan rata-rata untuk kedua variabel, n adalah jumlah data, σx adalah standar deviasi untuk variabel x, dan σy adalah standar deviasi untuk variabel y.Dalam contoh ini, nilai r adalah 0.82. Ini menunjukkan adanya hubungan positif yang kuat antara tinggi badan dan berat badan.Contoh Soal 2: Seorang peneliti ingin mengetahui apakah ada hubungan antara jumlah jam belajar dengan nilai ujian. Dia mengambil sampel 30 siswa dan mendapatkan data sebagai berikut:Jam Belajar: 5, 6, 4, 7, 5, 6, 8, 7, 6, 5, 4, 7, 6, 5, 6, 7, 8, 5, 6, 7, 4, 5, 6, 7, 8, 5, 6, 7, 4, 5Nilai Ujian: 70, 80, 60, 85, 75, 80, 90, 85, 80, 70, 60, 85, 80, 75, 80, 85, 90, 70, 80, 85, 60, 75, 80, 85, 90, 70, 80, 85, 60, 75Hitunglah koefisien korelasi Pearson (r) untuk data di atas.Jawaban: Sama seperti contoh soal sebelumnya, kita harus menghitung rata-rata dan standar deviasi untuk kedua variabel terlebih dahulu. Rata-rata jam belajar adalah 5.97, dan rata-rata nilai ujian adalah 78.33. Standar deviasi jam belajar adalah 1.26, dan standar deviasi nilai ujian adalah 9.22.Kemudian, kita harus menghitung selisih antara setiap nilai dan rata-rata untuk kedua variabel dan mengalikan kedua selisih tersebut. Setelah itu, kita harus menjumlahkan semua hasil perkalian yang kita dapatkan.Akhirnya, kita dapat menghitung koefisien korelasi Pearson menggunakan rumus yang sama seperti contoh soal sebelumnya. Dalam contoh ini, nilai r adalah 0.69. Ini menunjukkan adanya hubungan positif yang cukup kuat antara jumlah jam belajar dan nilai ujian.

Kesimpulan

Dalam artikel ini, kami telah memberikan contoh soal dan jawaban korelasi sederhana untuk membantu Anda memahami konsep ini dengan lebih baik. Korelasi sederhana adalah teknik statistik yang digunakan untuk mengukur seberapa kuat hubungan antara dua variabel. Dalam korelasi sederhana, kita menggunakan koefisien korelasi Pearson (r) untuk mengukur seberapa kuat hubungan antara dua variabel. Nilai r dapat berkisar dari -1 hingga 1. Jika nilai r adalah 1, maka itu menunjukkan hubungan positif yang sempurna antara dua variabel. Jika nilai r adalah -1, maka itu menunjukkan hubungan negatif yang sempurna antara dua variabel. Jika nilai r adalah 0, maka itu menunjukkan tidak ada hubungan antara dua variabel.Semoga artikel ini bermanfaat untuk Anda. Terima kasih sudah membaca!